Selasa, 07 Juni 2016

Tradisi Orang Melayu

1. Tradisi  Kelahiran Orang Melayu
Kelahiran seorang anak telah dipandang oleh orang Melayu sebagai suatu berkah dari pada Tuhan Yang Maha Esa. Anak dipandang sebagai penyambung zuriat. Kelakuan sang anak yang bernada jenaka akan menjadi pelipur hati sedangkan perangainya yang menjunjung akhlak mulia akan menjadi penyejuk pandangan mata. Sebab itu kelahiran anak amatlah diperhatikan. Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang dianjurkan serta beberapa larangan yang harus dihindarkan. Ini semuanya, agar anak yang lahir kelak, merupakan anak yang sehat rohani dan jasmani. Dan lebih dari itu anak yang tahu berbakti kepada ibu-bapa, taat menjalankan agama islam sehingga menjadi anak yang saleh, yang akan selalu mendoakan kebajikan bagi ibu-bapanya, terlepas dari azab kubur dan siksa pada hari kiamat.
Manusia dipandang oleh orang Melayu berasal dari ciptaan Allah dan akan kembali kepada-Nya. Karena itu, begitu anak manusia lahir maka hendaklah segera diperkenalkan Tuhan itu kepadanya. Setelah anak  itu selamat dilahirkan, lalu baringkan di tempat tidur. Kemudian bisikkanlah suara azan pada telinga kanan dan suara iqamah pada telinga sebelah kiri. Bacaan itu member kias, bahwa anak yang lahir telah memulai pendengarannya dengan pendengaran yang baik yaitu nama Allah dan panggilan menunaikan ibadah sembahyang, sebagai syariat yang utama dalam agama islam.
Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur seminggu. Anak yang baru lahir ini ada yang menyebutnya bayi, tapi juga ada yang menyebutnya upiang. Dalam upacara turun mandi ibu dan bayi dibawa ke sungai atau perigi. Di situ ibu dan bayi dimandikan oleh bidan. Ada berbagai bahan dari peralatan yang dipakai bidan dalam upacara itu. Diantarnya ada juga yang memandikan ayam setelah ibu dan bayi dimandikan. Ada pula yang menghanyutkan patung, memasukkan lading ke dalam air, menanam keladi pada tepian dsb.

Upacara turun mandi di tepian kira-kira berlangsung satu jam. Setelah itu anak diambil oleh bidan, lalu kembali ke rumah bersama dengan ibunya. Di rumah anak ditidurkan di atas buaian. Sementara itu dihidangkan minuman dan makanan kepada hadirin, sebagai tanda suka cita. Dalam hidangan ini sering dihidangkan ketupat. Sesuai minum-makan itu dibacakan doa sebagai tanda bersyukur kepada Allah serta untuk mendapatkan keselamatan selanjutnya.

A.    Sewaktu Bersalin
Ketika hampir tiba waktu bersalin, persediaan akan dikelola oleh keluarga tersebut. Seperti kebiasaannya konten ketika itu sudah cukup sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi adakalanya periode kehamilan dapat mencapai hingga sepuluh sampai dua belas bulan yang disebut bunting kerbau. Menurut kepercayaannya juga daun mengkuang berduri akan digantung di bawah rumah dan kapur akan dipangkah pada tempat-tempat tertentu di dalam rumah wanita yang hendak melahirkan tadi untuk menghindari gangguan makhluk halus. Selain itu juga, ada beberapa kebiasaan yang harus dilakukan saat menyambut kelahiran ini.

  Potong Tali Pusat
         Segera setelah bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan serapah lalu disemburkan dengan daun sirih. Setelah bayi dibersihkan, tali pusatnya akan dipotong dengan menggunakan sembilu bambu dan dilengkapi di atas sepotong uang perak per dolar. Di beberapa tempat tali pusat dipotong menggunakan cincin emas. Sisa tali pusat di perut bayi akan ditambahkan kunyit dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas bara api sampai tali pusat itu tanggal sendiri.

  Azan/Qamat
Kelazimannya bayi lelaki akan diazankan di kedua telinganya sementara bayi perempuan akan diqamatkan. Biasanya, ayah atau kakek bayi tersebut akan melakukan upacara ini. Ia bukanlah satu adat, sebaliknya lebih merupakan praktek berunsur keagamaan.

  Membelah Mulut
Adat ini memiliki pengaruh budaya Hindu, namun demikian juga ada dalam agama Islam yang menghukum sunat untuk melakukannya. Upacara dimulai dengan membacakan surah Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas. Ini diikuti dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit air madu atau kurma dan ada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara ini, mantra mantra dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.

  Berpantang
Dalam masyarakat Melayu, wanita yang telah bersalin mesti menjalani masa berpantang yang bermaksud larangan. Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh empat hari dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama seratus hari.
Selama ini wanita tersebut dilarang dari makan apapun makanan sesuai kehendaknya atau berbuat apa-apa pekerjaan yang memerlukan banyak gerakan. Antara makanan yang dilarang adalah yang dapat menyebabkan iritasi pada seluruh anggota badan seperti udang, kerang, kepiting dan ikan pari serta memakan ikan yang memiliki sengat seperti lele, sembilang dan baung karena dapat menyebabkan bisa-bisa pada tubuh. Sebaliknya mereka dianjurkan memakan nasi dengan ikan haruan yang dibakar atau direbus dan diizinkan minum air hangat atau susu.
.
B.     Selepas Lahir
   Tanggal Pusat/Cuci Lantai
Biasanya bayi yang baru lahir akan tanggal pusatnya dalam waktu seminggu. Pada saat itu, adat cuci lantai akan diadakan. Di beberapa tempat, ia juga disebut adat naik buai karena selagi bayi itu belum tanggal pusatnya, dia tidak bisa dibuaikan dan akan tidur disamping ibunya. Adat ini sebaiknya dilakukan pada hari Senin atau Kamis.
Bahan-bahan yang digunakan untuk adat cuci lantai. Nasi kunyit dan lauk-lauk
Seekor ayam hidup Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang. Hadiah untuk bidan sepersalinan pakaian
Kenduri doa selamat akan diadakan pada awal adat ini. Setelah itu bidan akan memulai jampi serapahnya sambil memegang ayam dengan cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke lantai tempat wanita itu hamil. Selanjutnya lantai itu akan dibersihkan. Mak bidan akan menjalankan keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi akan dimandikan, diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang digunakan tadi beserta sedikit uang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.

  Memberi Nama
Menurut ajaran Islam, adalah sunat memberi nama yang memiliki maksud yang baik untuk bayi. Biasanya jika bayi itu lelaki, nama akan diberikan sesuai nama para nabi sedangkan untuk bayi perempuan, nama istri atau anak-anak nabi akan dipilih.

  Cukur Rambut/ Potong Jambul
Adat ini dilakukan pada hari ketujuh setelah dilahirkan. Ia juga disebut adat potong jambul. Kenduri nasi kunyit dan doa selamat diadakan pada hari tersebut.
Untuk menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan disediakan.
Sebuah dulang berisi tiga mangkuk atau piring yang berisi air tepung tawar, beras kunyit.
Sebiji kelapa muda dipotong bagian kepalanya dengan potongan berkelok-kelok siku
seluang untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk. Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya dengan melilitkan rantai emas atau perak di kelillingnya.
Pada hari itu, bayi dipakaikan dengan pakaian cantik dan diletakkan di atas talam yang dialas dengan tilam kecil atau didukung oleh bapa atau datuknya. Si bayi seterusnya dibawa ke tengah majlis dan disambut oleh hadirin lelaki sambil berselawat. Si bayi akan ditepung tawar serta ditabur beras kunyit dan bertih. Para hadirin secara bergilir-gilir akan menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan dimasukkan ke dalam kelapa tadi. Bilangan orang yang menggunting rambut bayi tersebut hendaklah dalam bilangan yang ganjil, iaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah selesai pihak lelaki menjalankan acara menggunting, pihak perempuan pula mengambil alih. Setelah selesai kedua-dua pihak menjalankan adat bercukur barulah kepala bayi tersebut dicukur sepenuhnya oleh bidan atau sesiapa sahaja yang boleh melakukannya. Kesemua rambut yang dicukur akan dimasukkan ke dalam kelapa. Akhirnya kelapa tersebut di tanam di sekitar halaman rumah bersama sepohon anak kelapa atau seumpamanya sebagai memperingati masa anak itu dilahirkan.
Naik Buai
Adat ini merupakan satu-satunya majlis yang masih diamalkan dan mendapat sambutan di kalangan masyarakat Melayu hari ini. Upacara ini dilangsungkan dalam suasana penuh meriah terutama sekali jika sesebuah keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung.Selama upacara ini dilakukan bayi tersebut akan ditempatkan di dalam buaian yang menggunakan kain songket atau batik dan dihias indah dengan bunga-bungaan. Selendang akan diikat di kiri kanan buaian dan ditarik perlahan selama upacara berlangsung. Ketika itu juga, nazam atau marhaban akan dialunkan oleh sekelompok pria atau wanita. Selanjutnya bunga telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada kelompok ini. Pada hari ini, masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak dengan adat memberi nama dan adat cukur rambut

2. Pantang Larang Dalam Masyarakat Melayu

Pantang larang ialah pantangan dan larangan bagi setiap orang untuk melakukan sesuatu karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik  terhadap dirinya sendiri dan juga kepada orang lain.
Seperti pantang larang orang yang sedang hamil. Orang yang sedang hamil tidak boleh berbicara sembarangan. Setiap perkataan harus dijaga. Tidak boleh asal bicara, karena akan menimbulkan akibat kepada anak yang dikandungnya.
Menurut masyarakat melayu yang kini masih mempercayai pantang larang, orang yang sedang hamil tidak boleh mengata-ngatai orang lain, mencaci-maki, menghina, dan berbicara sesuka hati tanpa memikirkan akibatnya. Karena akan menyebabkan anak yang dikandungnya itu kelak akan bersifat seperti itu juga.
Orang yang sedang hamil juga tidak boleh menganiaya binatang ataupun sengaja menyakitinya. Apabila wanita yang sedang hamil tersebut atau suaminya melakukan hal itu, maka anak yang dikandungnya kelak jika sudah lahir akan cacat. Sebagai mana ayah atau ibunya menganiaya binatang tersebut. Jika binatang yang di aniayanya mengalami buta, cacat pada anggota tubuh, atau luka pada bagian tubuh, maka anak yang lahir juga akan menyerupainya.
Masih banyak lagi pantang larang bagi wanita yang sedang hamil tidak boleh melakukannya. Diantaranya:
1. tidak boleh makan sambal dalam lesungbatu, karena kelak jika anaknya lahir maka bibir anaknya akan tebal seprti permukaan lesungbatu tersebut.
2. Tidak boleh mencicipi masakan dalam sendok, kelak dahi/kepala anaknya lapang/jendul.
3. Tidak boleh membelit handuk di leher, kelak jika lahir tali pusat anak terbilit.
4. Tidak boleh makan dalam mankok, kelak anak kuat makan.
5. Tidak boleh duduk di tengah pintu, kelak sulit dalam melahirkan.
6. Tidak boleh banyak tidur siang, kelak anak besar di dalam perut.
7. Tidak boleh banyak menangis, nanti anaknya menjadi cengeng.
8. Tidak boleh mengomel diwaktu hamil, kelak anaknya suka melawan orang tua.
9. Tidak boleh berbohong, kelak kepala anak besar.
10. Tidak boleh malas, kelak anaknya kemayu/gemulai.
Masih banyak lagi pantangan yang tidak boleh dilukukan oleh orang yang sedang hamil, diatas hanya beberapa saja. Dan itupun terkadang ada juga yang tidak terjadi. Semua tergantung dari kepercayaan seseorang saja. Sebenarnya setiap kejadian hanyalah secara kebetulan saja, tidak tergantung dari melanggar pantang larang tersebut.namun jika dibayangkan anaknya akan menjadi seperti yang ia lakukan bisa saja anaknya benar-benar menjadi seperti itu. Misalnya jika ia makan sambal dalam lesung batu dan ia membayangkan apakan anaknya kelak jika lahir bibirnya akan seperti itu maka tidak menutup kemungkinan anaknya akan seprti itu.
Semua pantang larang tersebut hanya untuk berjaga-jaga saja, agar tidak terjadi sesuatu terhadap anak yang berada dalam kandungan sang ibu.










KESIMPULAN
Orang melayu sangat kental dengan adat itiadat, saat melahirkan saja mereka banyak melalui beberapa tradisi yang konon tradisi itu merupakan hal yang turun temurun yang wajib di lakukan saat melahirkan.
Tapi seiring berjalan nya waktu tradisi itu mulai punah bahkan ada orang melayu yang sudah tidak lagi melakukan tradisi tersebut. Selain itu agak sedikit rumit karena melalui beberapa tahap. Mungkin kalau ada satu persatu yang melakukan nya , bahkan ada yang melakukan tradisi tersebut tapi tidak sepenuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar